NEWS
Loading...

Senin, 08 Februari 2016


BeritaAFB - Perayaan Tahun Baru Imlek 2567 nyatanya sudah sangat terasa di berbagai wilayah Indonesia, khususnya di ibu kota. Seluruh umat Tionghoa pun terlihat asik merangkai konsep untuk merayakan pesta tahunan yang jatuh tepat pada tanggal 8 February ini .

Banyak orang bertanya, apakah Imlek itu memang ada kaitannya dengan ritual keagamaan tertentu? Atau hanya kebudayaan dari bangsa China dari dulu ?

Tidak dapat di pungkiri , Banyak orang Budha dan Konghucu berdatangan ke wihara dan klenteng pada saat Imlek. Mereka mendatangi tempat peribadatan untuk sembahyang dan berdoa kepada dewa dan para leluhur. Hal ini makin menguatkan persepsi kalau Imlek adalah termasuk perayaan ritual agama Konghucu atau Budha.

Padahal kita tahu bahwa hari raya umat Budha adalah Tri Suci Waisak. Sedangkan hari raya Konghucu adalah hari lahirnya Nabi Khong Hu Cu, hari wafatnya, dan hari Genta Rohani.

Sejarawan Didi Kwartanada pun akhirnya mengungkapkan bahwa perayaan Imlek itu sebenarnya merupakan pesta rakyat orang Tionghoa yang sudah menjadi kebudayaan selama setahun sekali.

"Imlek itu ya pesta rakyatnya orang Tiongkok (Tionghoa). Hal Ini memang sering diperdebatkan apalagi sejak zamannya Pak Gus Dur menjabat jadi presiden dan dia menetapkan libur ditiap imlek" kata Didi .

Menurut didi , Imlek merupakan suatu budaya yang kemudian dijadikan hari libur nasional. Imlek disetarakan libur sama halnya seperti libur Idul Fitri untuk umat muslim, libur Natal untuk umat Kristen, dan umat agama lainnya.

"Sehingga banyak yang mengaitkan Imlek dengan hari libur agama lainnya , padahal Imlek itu merupakan suatu kebudayaan. Imlek ini sama seperti orang Jawa mencuci keris saat malam satu suro. Sesimpel itu saja" ucapnya.

Hal yang sama pun diungkapkan oleh Pengamat Budaya Tionghoa, Budiyono Tantrayoga. Menurutnya, perayaan Imlek merupakan pesta rakyat orang Tionghoa yang dirayakan selama 15 hari dari tanggal satu Imlek hingga ditutup pada tanggal 15 melalui perayaan Cap Go Meh. 

Kalender Imlek menganut perhitungan penanggalan berdasarkan peredaran bulan atau lunar calender. Tidak seperti kalender masehi yang berdasarkan peredaran matahari atau solar calender.

Budi menjelaskan bahwa inti dari perayaan Imlek adalah mensyukuri anugerah yang telah diberikan Tuhan dan memohon perlindungan di masa mendatang. Selain itu Imlek juga dijadikan sarana untuk saling mengunjungi kerabat dan di jadikan ajak untuk berkumpul bersama keluarga besar . Biasanya yang muda mengunjungi yang tua, kemudian yang tua memberikan semacam hadiah yang biasa disebut angpao kepada yang muda.

"Memang Imlek itu memiliki kaitan erat terutama dengan Konghucu, tapi sebenarnya Imlek bukan semata perayaan ritual keagamaan. Imlek sudah ada sejak ribuan tahun sebelum masehi. Bahkan sebelum orang-orang Tionghoa mengenal agama definitif seperti Tao dan Konghucu," ucap Budi.

"Perayaan musim semi sudah ada sejak zaman pra sejarah. Namun ajaran Tao dan Konghucu baru muncul sekitar tahun 600 atau 500 sebelum masehi, yaitu pada masa dinasti Zhou. Begitu juga Budha yang baru muncul pada tahun 65 masehi di era dinasti Han," jelas Budiyono yang juga Ketua Umum Dewan Klenteng Indonesia.

Humas Perkumpulan Keagamaan dan Sosial Boen Tek Bio Kota Tangerang, Oey Tjin Eng memandang perayaan Imlek bisa dipandang sebagai perayaan agama tapi bisa juga hanya budaya. 

"Bagi yang beragama Konghucu, Imlek menjadi perayaan agama. Tapi bagi umat lain bak itu Islam atau Kristen keturunan China, Imlek bermakna budaya," paparnya.

Sementara tokoh agama Budha Biksu Dutavira Mahasthavira menegaskan kalau Imlek itu bukan termasuk perayaan ritual agama melainkan budaya Tionghoa. "Imlek sudah dirayakan sejak 7 ribu tahun silam. Imlek bukanlah agama melainkan sebuah budaya yang harus dirayakan demi menjaga nilai-nilai leluhur," tutupnya.

0 komentar:

Posting Komentar